Pentingnya Membangkitkan Fitrah Seksualitas Pada Anak
Pentingnya Membangkitkan Fitrah Seksualitas Pada Anak. Itulah sebabnya, menjadi orang tua masa kini tidak bisa hanya dengan berpangku tangan melewati hari-hari dengan pasrah. Harus banyak belajar, harus banyak membaca, karena sungguh...mendidik anak itu bukanlah tugas yang mudah.
Melalui tulisan ini, saya akan membagikan sedikit ilmu tentang Fitrah Seksualitas yang saya dapatkan di Kuliah Bunda Sayang Institut Ibu Profesional (IIP). Bukan berarti saya sudah bisa, wah, saya masih jauh dari kata "bisa". Wong anak saya masih cilik, justru ini adalah salah satu catatan pembelajaran saya untuk mendidik anak-anak saya. Dengan menuliskannya kembali, saya mengikat ilmu itu ke dalam sebuah tulisan agar kelak bisa dibaca dan dipelajari kembali.
Apa itu Fitrah Seksualitas?
Menurut Bapak Harry Santosa, Fitrah Seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai seorang lelaki sejati atau perempuan sejati. Seperti yang kita ketahui, manusia terlahir dengan 2 jenis kelamin yang berbeda, laki-laki dan perempuan. Namun sudahkah fitrah seksualitas masing-masingnya tumbuh dengan paripurna?Pendidikan fitrah seksualitas dimulai sejak anak lahir ke dunia sampai usia akil baligh. Peran kedua orang tua sangat berpengaruh secara utuh dalam proses ini. Berikut adalah tahapan usia fitrah seksualitas pada anak:
0-2 Tahun
Pada usia ini, anak didekatkan pada ibunya. Moment terbaik untuk menjalin ikatan antara ibu dan anak adalah pada saat menyusui.
3-6 Tahun
Anak mulai bisa memastikan identitas seksualitasnya sebagai anak laki-laki atau perempuan. Pada usia ini anak laki-laki dan perempuan harus didekatkan kepada kedua orang tuanya agar dapat merasakan kekuatan emosional yang seimbang dari keduanya.
7-10 Tahun
Anak didekatkan sesuai dengan gendernya, anak laki-laki didekatkan dengan ayahnya dan anak perempuan didekatkan dengan ibunya. Dengan begitu, ayah dan ibu bisa menjelaskan pertanyaan-pertanyaan seputar akil baligh (mimpi basah bagi anak laki-laki, haid bagi anak perempuan) dengan baik untuk mempersiapkan masa akil balighnya kelak.
11-14 Tahun
Anak didekatkan dengan lintas gendernya, anak laki-laki didekatkan dengan ibunya dan anak perempuan didekatkan dengan ayahnya agar anak belajar memahami struktur berfikir lintas gendernya dengan baik.
>15 Tahun
Ini adalah masa akil baligh sempurna. Anak sudah bisa memegang tanggung jawab sendiri dengan harapan mereka sudah mengantongi fitrah seksualitas yang paripurna.
Seberapa pentingkah membangkitkan fitrah seksualitas pada anak?
SANGAT PENTING! Agar anak tumbuh sesuai dengan fitrah gendernya, menjadi laki-laki sejati dan perempuan sejati. Kelak mereka akan menjadi seorang ayah sejati dan seorang ibu sejati.Apa yang terjadi jika fitrah seksualitas tidak dibangun dengan baik hingga masa akil balighnya?
1. Anak mencari perhatian dari lawan jenisnya (pergaulan bebas).
2. Tidak berperilaku sesuai gendernya.
3. Tidak menyukai lawan jenisnya.
4. Kasar, sulit memahami perasaan pasangannya.
Bagi anak-anak yang sudah tidak memiliki ayah atau ibu, atau ayah dan ibu, bisa diusahakan dengan mencari sosok pengganti. Kakek atau paman bisa menjadi sosok pengganti ayahnya, nenek atau bibi bisa menjadi sosok pengganti ibunya. Begitu pula untuk anak dari korban perceraian, atau memiliki ayah dan ibu yang terpisah jarak (LDM = Long Distance Marriage). Namun bedanya, jarak yang jauh masih bisa terasa dekat dengan adanya kemajuan teknologi dan komunikasi zaman sekarang. Komunikasi adalah hal yang sangat penting.
Beberapa cara agar ayah atau ibu tetap bisa dekat dengan anak meskipun terpisah oleh jarak:
1. Melalui telepon atau video call yang intens. Tetapkan jadwal bersama, luangkan waktu khusus untuk menuangkan kasih sayang kepada anak meskipun via udara.
2. Bercerita tentang sisi positif ayah atau ibunya yang jauh. Misalnya, ibu selalu menceritakan ayahnya yang baik, sabar, penyayang, ayah yang selalu merindukan anaknya. Jadi, jika suatu saat anak bertemu dengan ayahnya, rasa cinta sudah tertanam di dalam hati dan pikiran anaknya.
3. Ajarkan anak senantiasa mendoakan ayah dan ibunya, meskipun jauh, tapi ikatan doa antara orang tua dan anak itu sangatlah erat.
Tantangan-Tantangan Yang Dihadapi:
1. Kurangnya peran aktif orang tua dalam pengawasan dan pengasuhan terhadap anak. Zaman sekarang banyak orang tua yang terlalu sibuk beraktifitas di luar rumah atau hadir setengah hati membersamai anaknya karena sibuk ber-gadget atau sibuk mengerjakan aktifitas lainnya.
2 Maraknya kasus Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). Saat ini bukan menjadi hal yang tabu, kita bisa melihat banyak LGBT di sosial media.
3. Banyak kasus kejahatan seksual (Pedofil) baik di dunia nyata atau dunia maya.
Solusi:
1. Hadirkan kembali peran ayah dan ibu secara utuh.
2. Anak dibekali ilmu agama, ajarkan anak tentang batasan aurat sejak dini.
3. Ajarkan anak untuk bisa menjaga tubuhnya, mengenali bagian tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh, bagian tubuh yang boleh dan yang tidak boleh terlihat.
4. Ajarkan anak tentang rasa malu.
5. Ajarkn anak bersikap ketika menemui orang-orang yang mencurigakan dengan pergi menjauh, ke tempat ramai, atau berteriak.
6. Bijak bersosial media (untuk orang tua), perhatikan ketika mengupload foto anak (pakaian dan tubuhnya hendaknya tertutup dan tidak memperlihatkan wajah dengan jelas).
7. Batasi pamakaian gadget pada anak berusia sebelum akil baligh, belum dianjurkan untuk mempunyai gadget sendiri.
Itulah di atas tentang pentingnya membangkitkan fitrah seksualitas pada anak. Mungkin kita bukanlah sosok ayah dan ibu yang sempurna, bisa jadi kita mempunyai masa lalu yang kurang baik yang berhubungan dengan fitrah seksualitas diri kita sendiri. Berdamailah dengan masa lalu, maafkanlah masa lalu. Buka lembaran baru dengan berbekal ilmu.
Kini kita telah menjadi orang tua, bangun mimpi menjadi orang tua yang ingin mengantarkan anak-anak ke gerbang akil baligh yang indah. Jadilah ayah dan ibu yang didamba. Ayah, dialah cinta pertama bagi anak perempuannya. Ibu, dialah wanita pertama yang menyejukkan hati anak laki-lakinya.
Semoga kita bisa menjaga dan membangkitkan fitrah seksualitas anak-anak kita dengan sempurna, agar kelak mereka menjadi insan yang tumbuh sesuai dengan fitrah sebagaimana mestinya.
Tulisan ini adalah Review Materi ke-11 "Fitrah Seksualitas", Kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional (IIP) Batch#3 - Rangkuman Presentasi Ruang Sumatera 1
41 comments
Kontennya keren banget, Mbak Juli. My time is over now, tp boleh ya link postingan ini Bunda share ke anak Bunda yg bukan blogger? Terima kasih sti
ReplyDeletekonten postingann yg manfaat ini. Makasih.
Boleh sekali, Bunda. Terima kasih kembali.. :)
DeleteSekarang ini untuk berkomunikasi jauh lebih mudah dibanding dulu ya. Sudah bisa telp dan video call, jadi meski terpisah jarak masih bisa tetap berhubungan dengan baik. Makasih banyak informasinya.
ReplyDeleteIyaa mbak..bener banget.
DeleteSama2, mbak.
Kontennya kke banget, Juli. My time is over now, tp boleh ya link postingan Bunda share ke anak bunda yg bukan blogger? Terima kasih lkstinvan yg manfaat ini.
ReplyDeleteThanks infonya kak :)
ReplyDeleteSama2 mbak
DeleteArtikelnya bagus banget, sebagai bekal bagi orangtua untuk mengenakan fitrah seksual sejak dini, karena ternyata dampaknya luar biasa, apalagi tantangan sekarang luar biasa, sebagai orangtua mesti lebih perhatian ya
ReplyDeleteBener, mbak...
Deletengeri juga akibatnya jika fitrah seksualitas anak tidak dibangun dengan baik yaa, mudah-mudahan anak-anak kita menjadi anak-anak baik yang tumbuh sesuai fitrahnya, amiin
ReplyDeleteAamiin aamiin ya Allah ...
DeletePonakanku sejauh ini tahu dan memang diajarin membedakan seksualitas anak. Ini laki2 ya gini, perempuan beda lagi. Intinya biar gak bingung dan tetap jaga hal pribadi
ReplyDeleteIya mbak, hrs diajari sejak dini memang ya mbak.
Deleteterenyuh baca ini mbak .
ReplyDeleteterimakaasih untuk sharingnya
saya jadi bisa refleksi diri
peran saya sebagai ibu ke anak2 masih kurang maksimal membersamai mereka
semoga kedepan2nya bisa menghadirkan kembali peran ibu secara totalitas ya mbak
doakan hehe
semangat :)
Semangaaat mbakkuu....
Deletesaya setuju banget momen kedekatan anak di usia 0-2 tahun memang saat menyusui makanya saya berusaha sebaik mungkin agar bisa selalu direct breastfeeding karna kekuatan skin to skin bagus banget untuk bonding. makasih sharing nya mba mungkin kedepan memang kita harus mengajarkan anak anak untuk lebih peka sama aurat sejak dini gaj dibiarin sembarang buka baju dengan dalih “ah masih anak anak”
ReplyDeleteBener banget mbak. Setidaknya mengajak mereka nyaman menutup aurat..
DeletePeran bapak dan ibu harus sama besarnya. Untung anakku laki2 semua jadi cara mengasuhnya bisa sekaligus hehee
ReplyDeleteWaahh jagoan semua, masyaAllah mbak..
DeleteMembekali anak dengan ilmu agama tuh menurutku memang pentiing banget. Karena itu yang akan menjadi pegangannya saat dewasa kelak
ReplyDeleteYap, bener, mbak..
DeleteTerima kasih sudah menuliskannya, mba.. saya jadi ikut tahu ttg hal penting ini.. insya Allah ini bermanfaat bagi banyak orang ya..
ReplyDeleteSama2 mbak, aamiin, trima kasih kembali mbak ..
DeleteAnak yang pas untuk masuk pesantren berarti diusia 10keatas ya karna usia itu mereka sudah mulai bertanggung jawab
ReplyDelete15 tahunan menurutku, mbak..
DeleteSetuju banget sama ini:
ReplyDelete"... menjadi orang tua masa kini tidak bisa hanya dengan berpangku tangan melewati hari-hari dengan pasrah. Harus banyak belajar, harus banyak membaca, karena sungguh...mendidik anak itu bukanlah tugas yang mudah"
Lagi-lagi aku banyak mendapat "pencerahan" lewat aktivitas BW!
MasyaAllah :*
DeleteBicara seksualitas anak memang tidak mudah ya mba. tapi penting untuk tegaskan fitrah ini kepada mereka
ReplyDeleteMemang PR besar ya soal.edukasi seksual ke anak. Moga anak-anak selalu dilindungiNya. Makasih sharingnya mb
ReplyDeleteYang paling aku perhatikan ini screen time siih...
ReplyDeleteKarena biarpun dibiarkan nonton televisi, ternyata ga aman.
Suka KZL sama iklan di tipi.
Jamnya anak-anak, modelnya pun anak-anak, tapi naha gesture dan pesannya saya berbeda nangkepnya?
Terkesan dewasa dan tidak mengedukasi.
Jadi,
Boleh nonton tipi di jam-jam tertentu dan hanya 2 judul kartun durasi 30 menit.
Weekend.
Wkkwk....panjangnya syarat Mama.
Bekal bagus nih untuk para orang tua
ReplyDeletePenting banget ya Mbak, mengajarkan fitrah seksualitas pada anak.
ReplyDeleteIni si Kakak saya selalu ajarkan, klo ada yang mau pegang bagian pantat dan burung (masih sebut itu utk P) bilang Jangan yaah, teriak gak boleh.
Jadi ingat dulu materi Bunda Sayang IIP ada soal Fitrah Seksualitas ini.
ReplyDeleteSekarang tinggal mempraktekkannya.
Artikelnya bagus, mba. Aku ijin share link ke adekku ya. Penting untuk tau fase2 mengenalkan fitrah seksualitasnya ya mba.
ReplyDeleteKebanyakan peran ibu yang dominan ya, karena ibu lebih sering di rumah bersama anak-anaknya. Mesti belajar banyak lagi nih aku XD
ReplyDeleteKece banget nih reviu nya. Pas banget ini mahasiswi buat pertukaran pelajar hehehe
ReplyDeletesosok ayah & ibu penting banget ya buat membangkitkan fitrah seksualitas anak.
ReplyDeleteSependapat dengan komen mbak Lendy diatas soal TV tuh bikin kesel, makanya anak2 sampai skr tontonannya masih anak2 banget kl di rumah :-D
Di Bandar Lampung lagi booming berita ttg grup FB LGBT di Lampung. Saya ga heran sebenarnya, krn 2016 dl pernah sengaja kepo ttg LGBG Lampung d Twitter, hasilnya bikin istighfar. Tp kit ga bs ngekepin anak terus2an, jd semoga kita kuat semangat dan rajin mendidik fitrah seksualitas anak.
ReplyDeleteBahasan yang bagus di tengah maraknya LBGT, di mana mereka sebenarnya kehilangan identitas seksual sesuai fitrah.
ReplyDeleteCatatan banget ini... makasi mbak ini bisa jadi referensi aku kalau kelak punya anak.
ReplyDeleteWah lengkap mbak. Ada tips buat LDR juga. Aku share ke Pak suami ya Mbak..
ReplyDelete