Ia tumbuh dan tumbuh semakin besar, pintar dan menggemaskan. Hari demi hari dilalui bersama, semakin erat bonding yang terjalin terutama pada kita, ibunya. Tapi, bagaimana jika ternyata Allah anugerahi calon bayi lagi? Hamil lagi?
Seperti itulah yang saya rasakan beberapa waktu lalu saat mengetahui kehamilan yang kedua. Secepat ini Allah berikan kepercayaan untuk satu amanah lagi. Ah, rasanya belum siap untuk membagi hati. Sungguh semua di luar rencana. Lah kita manusia, hanya bisa sekedar berencana. Takdir terbaik tetaplah di tangan Allah semata, sekuat apapun kita berusaha. Baiklah, hamil lagi. Tidak mudah namun tidak sulit juga untuk saya menerima kenyataan itu, karena Allah saja percaya pada saya. Jadi tidak ada alaaan untuk saya meragukan rencana Allah, bahwa saya bisa memegang amanah ini.
Di awal kehamilan yang kedua, banyak hal yang saya khawatirkan. Riwayat melahirkan secara sectio caesarea (SC) pada kelahiran anak yang pertama, ada juga kekhawatiran lainnya seperti persoalan ekonomi dan semacamnya. Ah tapi ini tidak berlangsung lama, karena kami percaya Allah Maha Kaya dan menjamin rezeki pada setiap makhlukNya. Satu kekhawatiran terbesar saya adalah sibling rivalry, secara usia anak pertama saya (Aal) yang masih 2 tahun saat itu. Saya sangat khawatir jika dia merasa kurang kasih sayang, merasa tersisih, merasa kehilangan perhatian uminya, merasa cemburu. Ah, sedih sekali membayangkannya. Karena kekhawatiran itulah, saya melakukan banyak hal untuk mempersiapkan hatinya menerima sang adik. Apa saja sih persiapan si kakak untuk menyambut adiknya? Simak yuk ulasan dari saya..
1. Beri tahu si kakak tentang kabar kehamilan.
Untuk usia Aal yang saat itu masih 2 tahun dan sudah bisa berkomunikasi, banyak sekali pertanyaan tentang ini. Hamil itu apa? Kok bisa? Saya menjelaskannya dengan ringan sembari menumbuhkan fitrah keimanannya pada Allah dan menumbuhkan rasa sayang pada calon adiknya sejak dini.
"Kuasa Allah bisa menciptakan seorang bayi kecil di dalam rahim umi.. Allah itu hebat kan? InsyaAllah nanti dia akan tumbuh besar, besar, besar, sampai nanti dia lahir dan bisa ketemu kita. Aal mau kan ketemu adek? Seru loh, nanti rumah kita jadi rame ada bayi. Kalau dia besar dia nanti jadi teman main Aal..", Aal berbinar-binar mendengarnya.
2. Kenalkan adik pada si kakak sejak dini.
Dulu saya perlihatkan beberapa potret brother and sister di google sambil saya ceritakan, "InsyaAllah nanti Aal punya adik bayi kayak gini (sambil menunjuk foto). Aal, Umi dan Abi, kita akan jagain dia sampai besar. Dia itu saudara Aal, sama-sama anak Umi Abi. Jadi nanti anak Umi Abi ada dua deh.. Dia juga akan jadi temen Aal sampai Aal dewasa. Seneng ga?".
Saya juga menceritakan bagaimana kondisi gambaran ketika adiknya lahir nanti. "Nanti akan ada seorang bayi, dia belum bisa bicara, dia hanya bisa nangis. Dia belum bisa makan dan minum seperti kita, dia hanya bisa minum susu Air Susu Ibu (ASI) dari Umi saja. Nanti kalau adeknya nangis, Aal panggil Umi ya.. Biar Umi susui..".
Hampir setiap hari cerita tentang bayi, tentang adik, semua tentang kesenangan dan keseruan itu saya sampaikan pada Aal. Berharap tertanam rasa sayang dalam hatinya untuk sang adik, tidak ada kecemburuan karena mengerti segala kondisi adik bayinya kelak. Tidak lupa mengungkapkan rasa sayang kita padanya setiap hari, bahkan sampai saat ini adiknya sudah lahir dan semakin besar, ucapan rasa sayang ini menurut saya sangat penting.
3. Libatkan anak dalam mempersiapkan perlengkapan dan kebutuhan si adik.
Menunggu kelahiran anak kedua akan sangat menyenangkan jika si kakak juga antusias menyambutnya. Saya selalu share apa yang saya siapkan untuk adiknya, seperti baju, kaim bedong, kasurnya, dll. Bahkan saya meminta Aal yang memilihnya warna dan motifnya. Dia senang sekali, excited dan semangat menyambut adiknya.
4. Ajak anak memeriksa kandungan.
Setiap bulan saya memeriksakan kehamilan saya, Alhamdulillah Aal selalu ikut. Melihat adiknya lewat layar tv Ultrasonography (USG) sambil diceritakan oleh Abinya bahwa itu adiknya, itu kepalanya, tulang pahanya, dan lain sebagainya. Bahkan dia bertanya, "Nenek Dokter, gimana adek Aal sehat?", MasyaAllah..
5. Menghitung hari bersama.
Saatnya menghitung hari di usia kehamilan usia 38-39 minggu. Beritahu anak dan ajak menghitung hari bersama. Seru loh, apalagi ketika kita bersiap packing baju bayi yang akan dibawa ke rumah sakit. Saya (masih) berencana melahirkan secara normal setelah melahirkan secara SC yang pertama (VBAC). Minta anak mendoakan kita setiap waktu, doa Aal saat itu, "Ya Allah...sehatkan Umi dan Adekku.. Mudahkanlah adekku lahir ke dunia. Aamiin..". MasyaAllah.
Sampai tibalah harinya saya merasakan kontraksi yang belum pernah saya rasakan saat akan melahirkan Aal. Aal selalu di samping saya. Saya berdzikir menahan sakit sambil memeluknya. Tidak saya ceritakan kalau ini sakit, tapi saya hanya bilang, "Kayaknya adeknya sudah mau lahir..". Dia selalu bertanya, "Kapan adeknya keluar Mi?".
Ketika saya harus ke rumah sakit, saya sudah siapkan agar Aal sementara tidur di rumah Papa dan Mama (orang tua saya). Saya juga sudah beritahu Aal tentang hal ini selama kami menghitung hari bersama. Karena kami tidak pernah pisah, tiap malam dia tidur selalu dalam pelukan saya. Saya khawatir dia menangis tengah malam tanpa saya yang sedang di rumah sakit melahirkan adiknya. Tapi selama saya sounding, dia menerima dan merespon dengan baik. Ini penting! Beri tahu anak kalau sementara ia akan tidur bersama siapapun yang dipercaya selama kita melahirkan adiknya di rumah sakit. Katakan padanya sebenar-benar alasannya, agar ia tidak merasa tersisih atau dipisahkan dari ibunya (karena kelahiran adiknya).
Qadarullah, saya harus SC lagi. Tidak apa-apa karena kami sudah berusaha maksimal, tentu takdir Allah adalah yang terbaik. Saya sangat khawatir Aal akan berkecil hati saat itu saya melahirkan adiknya dan harus di rumah sakit kurang lebih 4 hari. Tapi Alhamdulillah dia sangat mandiri, berbesar hati, jauh dari bayangan dan kekhawatiran saya. Dia tidak menangis, tidur sendiri (tanpa dikelonin seperti kebiasaan kami sehari-hari). Ah sungguh mengharukan. Dan dia....excited menjenguk adiknya dan ingin segera pulang bersama saya dan adiknya.
Maryam usia 2 minggu dan Mamas Aal tersayang. |
Maryam juga sayang Mamas. |
Komunikasi, itu adalah hal terpenting disini. Meskipun ia masih anak 2 tahun saat itu, dan adiknya lahir di usianya 2 tahun 9 bulan, bukan berarti ia tidak menerima komunikasi penuh cinta dari kita, ibunya terutama. Begitu juga ketika adiknya sudah lahir, adiknya rewel, adiknya demam, adiknya adiknya dan adiknya yang harus banyak kita pegang. Komunikasi adalah kuncinya agar ia mengerti. Tetapkan waktu berkualitas penuh hanya kita dan dia saja ketika adiknya tidur. Puji dan katakan bahwa dia adalah kakak yang sangat baik, mau membantu menjaga adik, katakan kita bangga dan senang dengannya, peluk dan cium ia, katakan juga bahwa adik pasti senang punya kakak seperti dia. Jangan melarangnya jika ingin memegang adiknya, memeluk atau mengendongnya. Fasilitasi saja. Jaga kebersihan tangannya, siapkan bantal jika ia ingin memangku, bantu posisikan jika ia ingin memeluk. InsyaAllah, si kakak akan jauh dari rasa cemburu. Allahua'lam.
Semoga bermanfaat, terutama bagi bunda yang sedang merencakan anak kedua atau sedang menanti kelahiran anak keduanya. Tetap semangat ya!
Batam, 24 Desember 2017
Juli Yastuti