Ketika Anak Mulai Tantrum
Ketika Anak Mulai Tantrum - Dalam hitungan hari, genap 2 tahun sudah usianya Maryam, anak kedua kami. Di usia ini banyak sekali perkembangan yang sering membuat kami terkejut dan kagum, MasyaAllah. Dia sudah bisa menyusun lego, bermain peran, dia sudah bisa memilih, sudah bisa berpendapat, sudah bisa berkompromi, dan banyaak lagi.
Waktu terasa sangat cepat berlalu, kini dia sudah bukan bayi lagi. Bicaranya pun sudah tergolong baik untuk anak seusianya. Tapi layaknya anak usia 2 tahun pada umumnya, dia juga pernah mengalami tantrum. Ibu-ibu mana yang nggak pernah panik kalau anaknya tantrum? Panik pasti pernah, tapi balik lagi, panik bukan menjadi solusi, malah bisa membuat keadaan jadi lebih tidak kondusif.
Apa itu tantrum? Tantrum itu ledakan emosi, biasanya terlihat dengan sikapnya yang menangis kencang, berteriak, mengamuk, ada yang sampai berguling-guling, ada juga yang sampai memukul atau bahkan membenturkan kepalanya sendiri. Ngeri, ya? Iya, harap tenang, Mak, ini ujian!
Tantrum ini adalah proses perkembangan yang wajar terjadi pada anak usia balita, biasanya mulai dari usia sekitar 2 tahunan. Tantrum akan berkurang perlahan dengan sendirinya, tentu saja jika kita bisa menghadapinya dengan tenang dan tidak "ketularan tantrum". Catat itu, jangan ketularan tantrum yaa, Mak! Hehehe.
Percayalah, masa-masa ini adalah salah satu masa sulit bagi para ibu yang sehari-hari menghadapi anaknya. Penanganan yang salah, itu bisa berakibat fatal terhadap perkembangan emosinya. Lalu bagaimana cara menghadapinya?
TENANG. Tenang, jangan tinggikan suara menyaingi suaranya. Peluk dia, usap punggungnya. Biasanya saya bisikkan kata-kata sayang, "Adek ngomong sama Umi, adek mau apa, sayang?", "Udah, yaa.. Umi peluk, ya.. Umi sayang adek."
Biasanya setelah saya perlakukan seperti itu, akan terasa nafasnya mulai berhembus panjang dan tenang, bahkan sampai dia jadi ketiduran. Percaya, kan, kalau pelukan itu mempunyai kekuatan ajaib untuk meluluhkan hati yang keras dan terbakar emosi? Kalau saya, sih, sangat percaya karena itu yang saya rasakan dan juga saya alami.
Baca juga: Manfaat Pelukan Tanpa Kita Sadari
Bagaimana kalau anak tantrum karena menginginkan sesuatu?
Tantrum sering kali dijadikan "senjata" bagi anak untuk meminta sesuatu yang ia inginkan. Dia mau bermain gunting, tentu saja kita tidak mengizinkannya. Lalu dia tantrum. Apa yang sebaiknya kita lakukan? Tetap memberikan guntingnya kepada anak agar dia diam? No! Tidak yaa, kalau memang tidak ya tidak. Jangan penuhi kemauannya karena dia mulai mengeluarkan "senjatanya".
Tapi dilihat kasusnya juga. Kalau permintaannya hanya memakan wafer atau ciki, mungkin bisa kita kasih persyaratan. Misalnya, boleh makan ciki ini setelah makan siangnya habis. Jadi nggak kaku, tapi nggak longgar juga. Dan pastinya, jangan berikan kemauannya saat ia tantrum agar dia diam dan berhenti mengamuk.
Tips menghadapi anak tantrum karena menginginkan sesuatu:
1. Tenang
Lagi-lagi, mah, tenang. Pasang wajah tidak ada masalah apa-apa, slow bae, ambil nafas, ambil kue dan kunyah-kunyah, dan jangan lupa minum air putih banyak-banyak.
2. Pastikan tidak membahayakan anak
Lihat sekitar anak, apakah ada benda-benda yang berbahaya? Khawatir dia terjatuh karena mengamuk, khawatir ada listrik, dan lain sebagainya. Pokoknya pastikan tempat di sekitarnya aman.
3. Peluk saja
Banyak bicara ketika anak tantrum itu sia-sia, bikin capek urat leher, yang ada malah bisa ikutan tantrum karena kita merasa tidak didengarkan. Jadi, peluk saja. Tenangkan dia dengan ketenangan kita, tepuk lembut punggungnya, usap halus kepala dan tubuhnya.
4. Ajak bicara ketika sudah tenang
Bicaralah ketika dia mulai tenang. Beri penjelasan kenapa kita tidak mengizinkannya memegang gunting. Meminta maaf kalau kita tidak bisa memenuhi keinginannya kali ini, beritahu dia bahwa ada waktunya nanti dia akan berlajar menggunting, tapi bukan di usianya saat ini. Bagaimana kalau dia tetap menangis atau tantrum lagi? Biarkan saja. Ulangi langkah nomor 1 dan 3, lalu lanjut ke nomor 5.
5. Alihkan
Ajak bicara atau cerita tentang hal lain yang menyenangkan dan menarik perhatiannya agar bisa move on dari drama yang sebelumnya terjadi. Jauhkan guntingnya selaku benda yang menjadi penyebab keriwehan ini dan jangan dibahas lagi.
6. Sabar
Sabar adalah kunci semua cara di atas bisa terlaksana dengan baik. Sadar, bahwa yang kita hadapi ini adalah anak yang kita sayangi. Apa yang kita lakukan akan terekam di otaknya saat itu juga. Jika kita tenang, sabar, menghadapinya dengan kasih sayang, maka isnyaAllah dia akan tumbuh menjadi seorang yang sabar dan penuh kasih sayang pula. Sebaliknya, jika kita menghadapinya dengan letupan amarah bahkan sampai kekerasan, semua akan terekam oleh anak dan khawatir dia akan meniru dan kita juga yang akan menyesal nantinya.
Yaa, begitulah lika-liku kehidupan menghadapi anak usia 2 tahunan yang sudah mulai tantrum. Alhamdulillah, baik Aal atau Maryam tidak pernah tantrum berlebihan yang sampai menyakiti dirinya. Menangis, berteriak, berguling-guling sudah jadi hal yang biasa lah, yaa... Hehehe.
Kuat-kuatin hati yaa, Mak.. Banyak-banyakin sabarnya.. Semua ini tidak mudah, maka itu Allah berjanji akan membalasnya dengan Surga. Semoga kita semua bisa menjadi orang tua yang baik dan terbaiiik untuk anak-anak, dan anak-anak bisa tumbuh menjadi anak yang baik sesuai dengan yang kita semua harapkan. Aamiin Ya Rabbal'alaamiin.
7 comments
Ngadepin anak tantrum apalagi kalo di tempat umum, itu rasanya ujian banget yaa.. Biasanya sih aku diemin aja. Kalo udah agak reda, baru dipeluk.
ReplyDeleteanak-anak dirumahku banyak banget si karena daycare kan. kalau udh tantrum ya Tuhan, guling2 bisa tuh. makasih tipsnya mbak ..bisa jadi pertahanan dan cara yg bagus nih.
ReplyDeleteInsya Allah my junior akan lahir tahun depan,
ReplyDeleteperlu dipelajari ni utk calon papa muda kaya eike...
memang butuh tenaga extra kalau fase ini tiba... :(
ReplyDeleteAnak tantrum bikin cemas ya.Kadang tanpa sadar kita ikutan panik ya.
ReplyDeletePonakan di rumah dia sukanya teriak aja kalo udah kesel, malah kami yang kasian tenggorokannya sakit. Abis itu ya dia ketawa ketiwi lagi wkkkk.
ReplyDeleteTetap semangat ya umi, mendidik anak memang harus sabar. Semoga menjadi amal ibadah
ReplyDelete