Bangkitkan Keberanian dan Percaya Diri Anak Dengan Cara Ini
Bangkitkan Keberanian dan Percaya Diri Anak Dengan Cara Ini - Beberapa waktu lalu saya takjub sekali dengan Aal. Untuk pertama kalinya saya melihat dia berani dan percaya diri bermain di area outbond. Ya, libur panjang yang lalu kami membawa anak-anak ke Taman Kelinci Sekupang. Di sana ada area outbond untuk anak-anak. Saat ini tempatnya jauh lebih baik dan lebih menarik dari pada terakhir kali saya ke sana, sekitar bulan Mei 2018 lalu.
Sebelum saya bercerita tentang aksi menakjubkan Aal, saya akan cerita dulu tentang bagaimana Aal sebelumnya. Aal, anak pertama saya ini bisa dibilang anaknya slow banget orangnya. Kalau dibawa ke playground, dia nggak heboh berlarian naikin area outbond dan main seluncuran. Main, sih, tapi nggak lama. Sekali atau dua kali aja dia sudah berpaling. Dia lebih memilih main pasir, main peran sebagai dokter, chef, lego, atau mobilan saja. Pokoknya semua mainan yang nggak butuh fisik banyak, lah.
Robot humanoid dari lego buatan Aal. |
Alhamdulillah, Aal memang lebih unggul menggunakan motorik halusnya seperti menulis, menggambar, menyusun lego, dan lain sebagainya yang tidak menggunakan fisik lebih keras. Sedangkan di motorik kasarnya dia rada ketinggalan. Makanya, untuk menyeimbangkan motorik halus dan motorik kasar ini, saya harus memberi rangsangan atau stimulasi lebih dan fokus untuk mengejar ketinggalan motorik kasarnya itu. Misalnya, dia harus sering diajak bermain di outdoor atau lapangan, main di area playground atau outbond.
Pertama kali saya ajak ke area outbond yang lebih menantang, Aal sangat bersemangat. Berbagai macam arena dia ikuti dengan baik meskipun dia terlihat masih harus berusaha lebih kuat lagi untuk mengejar anak-anak lain. Apalagi ketika dia harus memanjat tali, dia tampak kesulitan dan ingin menyerah. Saya terus menyemangatinya. Syukurnya ada seorang bapak yang membantu Aal memanjat tali itu dan akhirnya sampai ke puncak dengan selamat (saat itu Abinya sedang ada urusan dan tidak ikut berkegiatan bersama kami).
Aal (dulu) ketika ragu untuk memanjat di jaringan tali. |
Flying fox, ini yang ditunggu-tunggu. Saya deg-degan, apakah Aal mau dan berhasil menaiki flying fox, secara flying foxnya cukup tinggi. Dengan semangat dia menaiki anak tangga menuju puncak flying fox. Teman-teman lainnya meluncur dengan riangnya, bahkan ada yang sampai mau mau lagi. Namun Aal, dia mundur saat sudah tiba di puncak, saat petugas hendak memasangkan safety belt flying foxnya. Dia nggak mau, dia mau turun lewat tangga saja.
Foto sebelum menaiki menara flying fox. |
Jawabannya, "iya, Aal nggak berani." Ngeri-ngeri ngilu kali, ya, lihat tempat setinggi itu dan meluncur. Hehehe. Pernah juga di salah satu playground yang ada flying foxnya, dia juga nggak mau, dia khawatir dan takut jatuh. Hmm..
Singkat cerita, saya takjub sekali karena Aal sekarang sudah melepas semua rasa khawatir dan takutnya. Itu terbukti dengan aksinya yang gagah berani menguasai area outbond seperti memanjat tangga, manjat dan berjalan di jejaringan tali yang tinggi, lalu terbang dan meluncur menggunakan flying fox di Taman Kelinci Sekupang beberapa waktu lalu. Ya, dia melakukan itu! Bahkan dia naik flying fox sampai 2 kali, dan sekarang dia selalu bilang dia ingin naik flying fox yang lebih tinggi lagi. Sebagai emaknya, saya amazed. MasyaAllah.
Dengan semangat dia mulai menaiki tangga. |
Naik dan berjalan di atas jaring tali yang tinggi. |
Hampir sampai di atas. |
Meluncur dengan flying fox, dan dia ketagihan! |
Lalu apa rahasianya? Kenapa tiba-tiba Aal mau dan berani menguasai area outbond itu?
Hmm, ternyata saya pernah "mencuci otak"nya untuk bisa melakukan hal itu, menghilangkan rasa khawatir dan takutnya. Ini tips ala saya, semoga bermanfaat yaa..
Bangkitkan Keberanian dan Percaya Diri Anak Dengan Cara Ini:
1. Beri kepercayaan
Anak-anak itu bisa mengontrol dan menjaga dirinya, kok. Dia anak manusia yang berakal, dia bisa berpikir tentang 'bagaimana caranya agar saya tidak jatuh'. Beri kepercayaan, mereka bisa melakukan itu. Jangan banyak melarang apalagi dengan kalimat yang menakut-nakuti anak.
Dengan kita memberikannya kepercayaan, mereka pun akan percaya pada dirinya sendiri bahwa dia bisa. Dia pasti bisa asal dia mau mencoba dan berusaha, setidaknya dia mau maju untuk mencoba.
2. Jangan tampakkan wajah kekhawatiran kita
Emak-emak bawaannya khawatir, ya. Apalagi kalau dia manjat kesana kemari, tinggi pula tempatnya. Khawatir jatuh, pastilah. Tapi jangan lebay, jangan nampak kali (bahasa apa ini, wkwk). Karena ketika dia menangkap ekspresi kekhawatiran kita itu, dia pun jadi ikut khawatir dan takut untuk melakukan apapun itu.
Misalnya, dia mau naik flying fox, tiba-tiba kita khawatir dan terucap "Duh, itu safety belt nya aman nggak, ya? Takutnya jatuh pula dia nanti." Tambah lagi pasang mimik wajah khawatir khas mamak-mamak. Hmm, anak pun bisa jadi kalah sebelum berperang, Makk... Pastikan bahwa permainan itu aman, tanya petugas soal safety dan lainnya. Setelah yakin, majuu!
Jadi, meskipun rasa khawatir itu ada, tetaplah tenang. Yakinkan dia bisa, yakinkan semua aman, dan berdoa pastinya.
3. Bercerita
Kelihatannya receh, tapi bercerita itu ampuh, lho. Ceritakan saja kalau dia adalah anak yang gagah dan berani, yang bisa menjaga adiknya, Umi dan Abi serta keluarganya. Jadi, nggak perlu takut dengan apapun selain Allah. Awalnya kami bercerita tentang superhero.
"Umi, spiderman itu ada atau enggak? Itu cuma film dan buatan komputer, ya?" Aal memulai pembicaraan.
Saya pun menjawab, "Ya, Sayang. Di dunia nyata, spridermna itu nggak ada, hanya di film saja."
"Tapi Aal bisa jadi kayak Spiderman, kan? Manjat di jaring tali yang kayak jaring laba-laba itu?" Tanyanya lagi, mungkin dia ingat jaringan tali yang ada dikebanyakan playground tempt ia bermain.
"Kalau itu bisa, dong. Kan ada tuh di area outbond. Itu untuk melatih kekuatan kaki. Aal juga harus berani, pura-puranya Aal lagi kayak spiderman naik ke jaring laba-laba. Trus Aal meluncur pakai flying fox. Nggak perlu khawatir, kalau oomnya bilang aman, insyaAllah aman. Kan ada safety beltnya.. Flying fox itu seru, lho. Nanti Aal merasa Aal bisa terbang. Dulu pernah outbond, teman-temannya pada minta lagi, kan? Ingat nggak?" Cerita saya.
"Iya, ingat.. Kita nggak jatoh?" Pertanyaannya.
"InsyaAllah mah enggak. Tanya dulu ke oomnya, bisa atau tidak Aal naik flying foxnya, aman atau tidak. Kalau kata oomnya bisa dan aman, yakin aja, Nak. Aal pasti bisa. Aal kan anak yang gagah berani!" Jawab saya.
Ternyata cerita kami sebelum tidur saat itu begitu menempel di otaknya. Cerita itu merubah isi kepalanya tentang kekhawatiran dan ketakutan yang pernah ada. Sekarang dia jadi anak yang gagah berani. Dengan percaya dirinya dia menaiki satu demi satu tangga yang terbuat dari kayu, dia berjalan menaiki jaring-jaring tali, berjalan di atasnya sampai ke puncak dan meluncur dengan flying fox.
"Aal... Aal keren banget! Aal bisa naik dan berjalan di jaring laba-laba itu dan Aal terbang dengan flying fox. Mantaaappp!" Saya benar-benar amazed.
"Iya, kan di bawah jaring tali itu kan ada jaring tali lagi. Jaring tali yang di bawah itu fungsinya untuk mengamankan Aal kalau Aal jatuh. Jadi kalau jatuh nggak langsung ke tanah, tapi ditahan di jaring itu. Jadi aman, kok. Flying fox juga aman, kan pakai sefety belt." Jawabnya yakin sambil tersenyum puas tanda berhasil.
Alhamdulillah, sekarang Aal tampak banyak bergerak dengan fisik. Motorik kasarnya tampak bagus berkembang mengejar ketinggalannya selama ini. Kalau dibawa ke playground dia langsung lari, memanjat, naik beberapa plosotan. Beda sekali dengan Aal di masa lalu.
Oh ya, untuk mencapai tujuan ini tidaklah instan. Butuh waktu berhari-hari, bahkan berbulan-bulan untuk membangkitkan keberanian dan percaya diri anak. Poin nomor 3 tetang bercerita itu sangat baik di praktekkan untuk segala permasalahan anak. Lakukan itu sesering mungkin, terlebih lagi di waktu malam hari menjelang tidur malamnya. Bercerita juga bisa mengikat bonding antara ibu dan anak juga, kan..
Sekian dulu cerita saya tentang Aal dan tipsnya. Itu sedikit tentang pengalaman saya ketika berusaha membangkitkan keberanian dan rasa percaya diri anak saya, dan juga sebagai sarana belajar untuk mengembangkan motorik kasarnya. Semoga bermanfaat, yaaa... :)
0 comments