Tips Mengajarkan Anak Berjilbab Sejak Dini

by - 2:09 AM


Tips Mengajarkan Anak Berjilbab Sejak Dini - Anak-anak memang belum dianjurkan untuk menggunakan hijab atau jilbab. Tapi tidak ada salahnya jika kita sebagai orang tua mulai membiasakannya berjilbab sejak dini. Seperti itu pula yang saya lakukan kepada anak kedua saya, Maryam. Untuk itu, saya mau share sedikit tentang pengalaman saya mengajarkan anak berjilbab sejak dini. Semoga bisa bermanfaat yaa... :)

Sebelumnya saya mau cerita sedikit. Alhamdulillah, Maryam yang berusia 2 tahun 2 bulan ini sudah merasa nyaman dengan jilbabnya. Bahkan ketika dia keluar rumah tanpa memakai jilbab, dia sadar sendiri, "eh, adek belum pake jilbab, lho..". Kemudian dia masuk lagi ke dalam rumah dan memakai sendiri jilbabnya. Kadang jilbabnya miring, kadang juga terbalik. Lucu...saat itulah saya memujinya yang sudah punya inisiatif untuk berjilbab sambil memperbaiki jilbabnya yang belum rapi. MasyaAllah Tabarakallah, Maryam.

MasyaAllah Tabarakalah, Maryam. Jilbabnya ada di @hijabmaryamku.

Nah, di bawah ini saya akan share beberapa tips mengajarkan anak berjilbab sejak dini. Cara-cara ini adalah cara yang saya terapkan kepada Maryam dan Alhamdulillah terbukti berhasil membuatnya nyaman dengan jilbab. Disimak, yah.. :)

1. Jadikan jilbab sebagai bagian dari pakaiannya si anak

Layaknya baju atau celana, saya menjadikan jilbab mempunyai peran yang sama sebagai bagian dari pakaiannya. Bedanya, untuk saat ini jilbab dipakai hanya ketika dia keluar rumah, belum untuk menutup aurat sepenuhnya meskipun di dalam rumah ada laki-laki yang bukan mahromnya. Pelan-pelan belajarnya, ya Nak.. Hehehe.

Jadi intinya, sebisa mungkin kita membuat anak itu merasa nyaman lebih dulu ketika menggunakan jilbab. Ya sama seperti ketika dia memakai baju atau celananya. Nyaman, dan enggan untuk membukanya di luar rumah.

2. Panas bukan alasan untuk boleh membuka jilbab

Ini nggak kejam, kok. Percayalah.. Maryam mulai saya pakaikan jilbab ketika ia berusia lebih dari 1 tahun. Sebelumnya saya pakaikan juga, tapi jarang, karena kulitnya yang masih sensitif dengan keringat (biang keringat di bagian kening).

Di usia 1 tahun, saya mulai memakaikannya jilbab ketika keluar rumah. Kemana-mana saya selalu sedia kipas kecil portable di dalam tas yang selalu ready ketika dia kepanasan. Ini cukup membantu. Jadi, saya tidak langsung membuka jilbabnya ketika dia kepanasan. Selain saya kipas-kipas, dan rajin juga mengelap keringat yang menetes dia keningnya.

Baca juga : Melarang anak dengan cara selow begini caranya

"Duh, dia kepanasan. Bukalah jilbabnya." Kalimat seperti itu sering saya dengar dari keluarga di sekitar, tapi saya hanya tersenyum dan menjawabnya dengan yakin bahwa itu tidak apa-apa. Selama dia masih anteng ya tidak apa-apa, ya. Berbeda kasusnya kalau dia kepanasan sampai rewel, menggaruk-garuk kepalanya karena gatal dan tersiksa. Ya pasti emaknya peka soal ini, insyaAllah tahu kapan situasi masih OK dan kapan situasi sudah butuh penanganan segera.

3. Ibu menjadi role model

Orang tua adalah role model terkuat dan yang paling dekat dengan anak, soal berjilbab pastilah sang ibu yang akan menjadi contoh. Kalau ibunya sudah berjilbab, insyaAllah tidak sulit untuk mengajarkan atau mengajak anak untuk berjilbab sedini mungkin.

Anak melihat, lalu otaknya mencerna, kemudian ia menirukannya. Melihat saja belum cukup, perlu komunikasi atau aksi-aksi yang bersifat mengajak agar anak cepat menirukan sesuatu. Biasanya, ketika kami sedang bersiap untuk pergi, Maryam selalu melihat dan memperhatikan saya. Mulai dari ketika saya berpakaian, saya berdandan, termasuk ketika saya sedang memakai jilbab.

Ingat sekali percakapan kami pertama kali tentang jilbab, saat itu Maryam sudah mulai bisa bicara. Dengan lucunya dia bertanya, "Umi pake apa, Mi?" Sambil melihat saya yang sedang memakai jilbab.

"Umi lagi pakai jilbab, Nak. Mana jilbab adek? Ayo, pakai jilbab bersama-sama." Sontak dia langsung bergegas mencari jilbabnya. Ketika jilbab itu sudah terpasang cantik di kepalanya, dia senang sekali dan berkata sambil menunjuk ke arah yang ia maksud, "ini jilbab Umi, ini jilbab adek."

Begitu selalu ketika kami akan keluar rumah, kami selalu sibuk mencari jilbab dan bergegas untuk dipakai. Lucunya, ketika ada Pak De yang mengantar katering memanggil di depan rumah. Saya yang sibuk mencari jilbab instan kemudian buru-buru memasangnya dan segera membuka pintu untuk Pak De yang merupakan tetangga kami. Ternyata itu diikuti pula oleh Maryam. Dia juga sibuk mencari jilbabnya dan memakainya dengan tergesa-gesa. Kebayang bagaimana jilbabnya? Rapih atau mencong sana sini? Silahkan bayangkan sendiri, betapa lucu wajahnya saat itu. Hehehe.

4. Jilbab yang nyaman untuk anak

Memilih jilbab anak harus selektif dan utamakan jilbab yang nyaman untuk anak. Saya kurang suka jilbab anak yang terlalu ramai, seperti ada motif bunga yang subur di kepala, atau ada telinga kelinci di atasnya. Duh, kelihatannya ribet banget, ya. Tapi kembali lagi ini soal selera. Selera si emak lebih tepatnya, hehehe.

Selain model yang tidak terlalu ramai, pemilihan bahan juga harus diperhatikan. Hindari jilbab yang berbahan panas yang cenderung bisa membuat anak menjadi semakin gerah ketika memakainya. Saya pribadi suka sekali dengan jilbab anak yang dijual di @hijabmaryamku, modelnya simple tapi cantik, bahannya adem dan nyaman. Rata-rata jilbabnya Maryam ada di @hijabmaryamku.


5. Konsisten

Mempertahankan konsistensi adalah yang paling penting. Konsisten untuk tidak membuka jilbab anak di depan umum tanpa permisi dengannya, membuka jilbab anak karena panas (panas, buka aja deh..), tidak lupa memakaikan anak jilbab saat keluar rumah. Karena membangun sebuah kebiasaan baik itu dimulai dari sebuah konsistensi untuk melakukannya terus menerus.

Koleksi jilbab Maryam yang masih panjang (sepinggangnya). Jilbabnya ada di @hijabmaryamku.

Ketika Jilbabnya Terpaksa Harus Dibuka Di Tempat Umum

Pernah beberapa kali terjadi, jilbab Maryam berantakan sekali karena ia yang aktif bermain. Rambutnya pada keluar, wajahnya tidak simetris lagi karena bentuk jilbabnya yang sudah aut-autan*. (*maaf, bahasa apa ini?)

Di situ saya harus membuka jilbabnya sebentar untuk menyisir dan memperbaiki ikatan rambutnya. Saya ajak dia sedikit menepi ke pojokan (nggak lebay juga ya, sampai ke tempat sepi tanpa ada satu orangpun, nggak gitu juga, hehehe.), lalu saya permisi, "Dek, maaf ya, Umi buka sebentar jilbabnya. Ini berantakan banget rambut adek. Umi ikatin lagi ya rambutnya?" Dia mengangguk. Selama memperbaiki rambut dan jilbabnya pun saya terus mengajaknya bicara, "Maaf ya auratnya jadi terbuka. Malu ya kalau auratnya nampak. Nanti pakai lagi jilbabnya ya.. Umi juga pakai jilbab kan ini." Kurang lebih seperti itu kata-kata sounding saya agar dia mau memakai jilbabnya kembali.

Berenang juga pakai jilbab. Jilbabnya ada di @hijabmaryamku.
Namanya anak-anak, tentu hal wajar ketika kita harus membuka jilbabnya entah karena rambutnya atau karena mengganti jilbabnya yang kotor. Tapi dengan catatan, permisi dan katakan padanya alasan mengapa kita harus membuka jilbabnya. Itu sih menurut saya, ya. Biarpun dia masih kecil, tapi kita tetap harus menjaga dan menghargai auratnya agar ia juga belajar menjaga dan menghargai auratnya sejak kecil.

Dengan membiasakannya berjilbab dengan baik, memberikan kalimat-kalimat (sounding) yang baik tentang jilbab, insyaAllah dia akan merasa nyaman sendiri dengan jilbabnya. Biarpun masih kecil, dia bisa menolak ketika orang lain memintanya membuka jilbab jika belum berada di dalam rumah, bahkan di rumah orang sekalipun (kecuali rumah saudara atau keluarganya).

MasyaAllah adek, ngelamunin apa? Jilbabnya ada di @hijabmaryamku.
Begitulah jika anak sudah menganggap jilbab adalah bagian dari pakaiannya. Itu yang sudah saya lakukan terhadap Maryam, itulah ikhtiar saya yang ingin membuatnya nyaman untuk berjilbab. Jika yang saya lakukan ini berhasil pada Maryam, semoga berhasil pula pada anak-anak teman-teman semua yang membaca tulisan ini. Semoga Allah mudahkan. Aamiin!


Tugas kita masih panjang dan mendidik anak perempuan dari masa ke masa itu tidaklah mudah. Kita tetap harus membimbingnya agar tetap istiqomah dengan jilbabnya sampai akhir hayatnya kelak. Inilah sedikit sharing tips mengajarkan anak berjilbab sejak dini, semoga bermanfaat bagi semua yang membaca, yaa!


HIJABMARYAMKU
Instaram: @hijabmaryamku
Order via WA 083184213939

You May Also Like

2 comments

  1. Sama kak, anak saya Aysha juga senang berjilbab ketika keluar rumah.

    ReplyDelete
  2. Wah keren ya cara mendidik yang nggak diktaktor

    ReplyDelete