Wisata Religi, Ziarah ke Makam 3 Wali (Walisongo) di Jawa Tengah - Syawal Trip #3
Wisata Religi, Ziarah Makam 3 Wali di Jawa Tengah - Syawal Trip #3 - Saat orang bertanya daerah asal suami saya, sering kali orang bekata, "Wah, kota para wali.."
Ya, suami saya berasal dari sebuah desa di Kabupaten Demak, atau yang dikenal dengan sebutan Kota Wali.
Akhir bulan Mei 2022 lalu, masih di dalam bulan Syawal, kami mengunjungi Kota Demak untuk yang kedua kalinya. Terakhir kali ke sana itu sekitar tahun 2017, lalu kesempatan untuk ke sana lagi pun terhalang pandemi. Baca juga: Sepekan di Desa Mlaten, Demak
Karena Demak dikenal dengan sebutan kota para wali, maka tidak afdol rasanya jika kita tidak berziarah ke makam 3 wali di Jawa Tengah, yang salah satunya berada di Kota Demak.
Inilah dia cerita singkat wisata religi kami, ziarah ke makam 3 Wali di Jawa Tengah.
Sekilas Tentang Walisongo
Walisongo sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Muslim di Indonesia. Walisongo dikenal sebagai penyebar agama Islam di Nusantara yang berasal dari tanah Jawa, yaitu berasal dari daerah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Secara harfiah, 'wali' artinya wakil, dalam agama Islam wakil disebut dengan istilah waliyullah atau wali Allah. Sedangkan kata 'songo' berasal dari bahasa Jawa yang berarti sembilan. Secara keseluruhan, Walisongo berarti sembilan wali Allah.
Untuk kisah lengkap tentang Walisongo, teman-teman bisa langsung googling saja, ya.. :)
Nah, berhubung saya dan keluarga sedang di Jawa Tengah, jadi kami menyempatkan diri untuk berziarah lagi ke makam 3 Walisongo yang berada di Jawa Tengah untuk yang kedua kalinya setelah tahun 2017 silam.
Makam 3 Wali yang Terkenal di Jawa Tengah dan Tidak Boleh Terlewatkan Untuk Dikunjungi:
1. Makam Sunan Kalijaga, Demak
Kalau mengingat-ingat pelajaran sejarah jaman dulu, nama Sunan Kalijaga adalah nama wali yang paling familiar di telinga saya. Sunan Kalijaga atau Raden Said ini merupakan salah satu dari Walisongo yang dikenal sebagai sosok kharismatik dan sangat berpengaruh dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Sunan Kalijaga menggunakan wayang, seni ukir, gamelan serta seni suara sebagai sarana dakwah agar mudah dimasuki oleh masyarakat yang kental dengan budaya lokal.
Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu, Demak. Letaknya sekitar 2 km dari pusat Kota Demak dan Masjid Agung Demak. Perjalanan kami dari desa Mlaten menuju pusat Kota Demak dan makam Sunan Kalijaga ini memakan waktu sekitar 30-40 menit.
Masjid Agung Demak, nggak jauh dari Makam Sunan Kalijaga. |
Setibanya di kawasan makam Sunan Kalijaga, kita akan banyak menemukan deretan para penjual yang menawarkan aneka makanan kecil, minuman, oleh-oleh dan pernak pernik yang bisa dijadikan sebagai buah tangan.
Di bagian depan kawasan makam, terdapat Masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Demak yang bentuknya masih menggambarkan keadaan pada masa itu. Atapnya berbentuk Joglo, khas bangunan Jawa kuno. Begitu juga dengan bangunan di sekitar makam. Ternyata tidak hanya makam Sunan Kalijaga yang ada di sini, banyak juga makam para keluarga serta kerabat Sunan Kalijaga di sini. Sayangnya, pengunjung/peziarah dilarang mengambil gambar di sepanjang kawasan makam, jadi saya hanya menyimpan ponsel saya di dalam tas selama di dalam kawasan makam karena pada saat itu cukup ramai rombongan peziarah yang datang.
2. Sunan Kudus, Kudus
Berfoto di depan menara Masjid Kudus. |
Sunan Kudus bernama asli Ja'far Shadiq. Berdasarkan sejarah panjangnya, beliau berganti nama menjadi Kudus yang berarti Al-Quds, sebuah kota suci di Yerrusalem. Sunan Kudus menggunakan strategi dakwah melalui seni dan budaya agar bisa diterima masyarakat setempat.
Makam Sunan Kudus terletak di Kota Kudus, butuh waktu sekitar 20-30 menit perjalanan dari Kota Demak. Di depan kawasan makam terdapat sebuah masjid yang bernama Masjid Kudus. Menara dan gapura masjid berbentuk candi kuno yang tampak sangat terjaga. Unik sekali. Saking unik dan indahnya, kawasan depan Masjid Kudus ini menjadi spot berfoto favorit para pengunjung, bahkan banyak fotografer jalanan yang menawarkan jasa foto langsung cetak di depan gapura masjid.
Bersama keempat orang tua. |
Masjid Kudus. |
Masuk ke area makam, kita akan melihat banyak ornamen ukiran kuno yang apik. Sama seperti pemakaman di Sunan Kalijaga, tidak hanya makam Sunan Kudus yang ada di sini, tetapi juga banyak makam keluarga dan para kerabat yang mengelilingi makam Sunan Kudus ini. Berbeda dengan makam Sunan Kalijaga, di makam Sunan Kudus kita diperbolehkan mengambil gambar di sekitar makam.
Makam Sunan Kudus yang ditutupi kelambu putih. |
3. Sunan Muria
Sumber foto: Google (merdeka.com) |
Sunan Muria yang bernama asli Raden Umar Said merupakan anak dari Sunan Kalijaga, beliau dikenal sebagai Walisongo termuda. Strategi dakwah yang dilakukan Sunan Muria adalah dengan cara bergaul bersama rakyat jelata sambil bercocok tanam, berdagang dan kesenian.
Letak makam Sunan Muria agak berbeda dari Sunan yang berada di Jawa Tengah lainnnya, yaitu di atas gunung yang bernama Gunung Muria. Di sini juga kawasan Sunan Muria berdakwah dahulu, yaitu di Desa Colo, Kecamatan Kudus (18 km dari Kota Kudus). Perjalanan menuju Desa Colo melalui jalanan yang menanjak, udara sejuk sebagai pertanda kita sudah tiba di kawasan lereng Gunung Muria. Dari kejauhan pun kita bisa melihat pemandangan perkotaan dan pedesaan dari ketinggian yang tertutup kabut.
Desa Colo, Kudus, dan perjalanan menuju puncak Gunung Muria. |
Setibanya di lereng Gunung Muria, pengunjung bisa memarkirkan kendaraannya di tempat yang sudah tersedia, karena kita tidak bisa membawa kendaraan pribadi untuk naik ke puncak gunung, dimana makam Sunan Muria berada.
Untuk mencapai Makam Sunan Muria, kita harus melewati jalan setapak menanjak yang konon katanya memiliki sekitar 450 anak tangga. Sepanjang perjalanan menanjak itu kita disuguhi barang-barang unik khas Muria yang dijual oleh pedagang setempat, bisa sekalian cari buah tangan atau cindera mata sambil menanjak gunung dong.. Ada juga yang menjual aneka makan dan minuman untuk mengganjal perut para pengunjung yang lelah menanjak ataupun saat menurun gunung.
Gerbang untuk memulai jalan setapak menanjak hingga ke puncak Gunung Muria. |
Tidak sanggup menanjak sejauh itu? Tenang... Ada cara kedua untuk kita mencapai makam Sunan Muria di puncak Gunung Muria selain melewati jalan setapak menanjak, yaitu menggunakan ojek khusus Gunung Muria. Kita bisa dengan mudah menemukan ojek Gunung Muria sejak tiba di tempat pemberhentian atau parkir kendaraan pengunjung. Biasanya para driver ojek sudah standby untuk mengantarkan kita mendaki. "Ojek! Yuk, langsung diantar ke atas.." ajaknya, dan kita hanya cukup membayar upah sebesar Rp20.000 saja.
Jika kalian menaiki ojek menuju puncak Gunung Muria, pastikan kalian duduk di atas motor dengan nyaman dan berpegangan. Karena jalanan menuju puncak gunung cukup ekstream menurut saya. Jalannya menanjak cukup tajam, sempit dan berkelok, hanya cukup untuk 2 motor berjalan dua arah. Spesifikasi ojek Gunung Muria mirip-mirip pembalap area gunung, karena memang mereka mengendarai sepeda motor dengan laju dan super gesit. Nggak sampai 10 menit, kita tiba di puncak Gunung Muria.
Ini adalah kali kedua saya mengunjungi makam Sunan Muria, setiap kemari saya selalu menggunakan ojek karena merasa nggak sanggup mendaki karena kami pergi bersama keluarga besar yang terdiri dari anak-anak sampai orang tua. Tapi saat kunjungan pertama t tahun yang lalu, saya bersama suami dan anak-anak memilih untuk menurun gunung sambil berjalan kaki melewati jalan setapak bertingkat itu. Sekalian melihat-lihat dan membeli beberapa cindera mata dan kenang-kenangan dari Gunung Muria.
Hampit tiba di puncak, menuju Masjid ata langsung ke makam Sunan Muria. |
Menuju makam, sebelum ponsel disimpan karena tidak boleh mengambil gambar. Fyi, nggak ada sinyal di sini. Hihi. |
Di puncak gunung, terdapat Masjid Sunan Muria. Lalu tak jauh dari masjid, di sanalah makam Sunan Muria berada. Seperti makam wali yang sebelumnya pula, tidak hanya makam Sunan Muria yang ada di sini, tetapi juga ada beberapa makam dari keluarga, kerabat, dan makam 17 prajurit dan punggawa kraton.
---
Itulah dia makam 3 Wali (Walisongo) yang terdapat di Jawa Tengah yang jangan sampai terlewatkan jika teman-teman mampir ke Jawa Tengah.
Jangan lupa perhatikan adab dan sopan santun kita selama berkunjung atau berziarah ke Makam para wali, baca dan patuhi aturan yang tersedia seperti dilarang mengambil gambar, baik berupa foto atau video. Ucapkanlah salam untuk para ahli kubur, banyak lah berdzikir. Kirimkanlah doa terbaik untuk para wali hanya kepada Allah, mengingat perjuangan para wali yang berdakwah memperkenalkan dan menyebarkan agama Islam di Indonesia, khususnya Pulau Jawa.
Pastikan kita dan rombongan tidak terpisah, karena pengunjung/peziarah yang datang ke makam para wali ini hampir tidak pernah sepi. Baik itu pengunjung lokal atau dalam negeri, maupun luar negeri.
Sekian dulu tulisan saya tentang sedikit cerita wisata Religi kami, berziarah ke Makam 3 Wali (Walisongo) di Jawa Tengah. Semoga bermanfaat, terima kasih sudah membaca sampai akhir.. :)
7 comments
Berasa ikutan wisata religi setelah membaca blognya. Penting juga ya mb, mengenalkan ke anak-anak tentang sejarah masuknyaIislam di Indonesia. Btw mb, kenapa di makam Sunan Kalijaga tidak boleh mengambil gambar disekitar makamnya?
ReplyDeleteMakam Sunan Kalijaga dan Sunan Muria nggak diizinkan memotret atau merekam aturannya kak... Kurang tau juga.. Hehe. Tp ada juga sih yang nggak nurut aturan ya, kmrn keliatan ada yang ngerekam kayak ngevlog..
DeleteKalo ada ojek asik jugalah, sebab memudahkan bagi orang2 yang sudah tak kuat menanjak, seperti aku contohnya, heheh
ReplyDeleteBeruntung banget bisa ziarah makam para wali ya, kak. Memang sih ada adab dan sopan santun kalau berziarah. Jadi pengen kesana juga deh
ReplyDeleteSy belum satu pun pernah ziarah ketiga wali itu.... Pengin... Hanya pernah ke makam dan masih Wali Sunan Ampel di Surabaya. Sangat pengin ke Masjid Sunan Kali Jaga.
ReplyDeleteNah, ini penting banget anak2 zaman sekarang tau, sejarah penyebaran Islam di Indonesia. Jangan tau berita hoax aja. Sejarah juga penting dipelajari.
ReplyDeleteMakasi umi udah diajak jalan² via tulisannya.
ReplyDeleteAku pernah mengunjungi makam para sunan ini waktu lulusan SD. Satu sekolah.
Cuma gk tau ceritanya ttg sejarah sunan. Dulu taunya, sunan orang sakti. Dan berdoa dimakamnya bs terwujd......
Astaghfirullah